Penulis : Ludfy Eko Prasetyo
BUDIDAYA TEMBAKAU KASTURI
Baku Teknis Budidaya Tembakau Kasturi
Tembakau kasruti
sebagai bahan baku Industri Hasil Tembakau (IHT) merupakan tembakau yang hanya
dihasilkan di wilayah Kabupaten Jember dan sekitarnya, sehingga tembakau ini
sangat dibutuhkan oleh hamper semua industry rokok. Untuk menghasilkan tembakau
yang baik maka diperlukan teknis budidaya tembakau kasturi yang baik. Berikut
teknis budidaya tembakau kasturi :
2.1 Pemilihan Lahan dan Pergiliran
Tanaman
Penanaman dapat
dilakukan di lahan tegal maupun sawah. Pada lahan tegal tidak memiliki
pengairan teknis atau tadah hujan, penanaman dilakukan pada bulan April dan
Mei. Di lahan sawah, merupakan lahan yang berpengairan teknis, penanaman dapat
dilakukan pada bulan Mei dan Juni, atau tergantung dengan cuaca yang berkembang
pada musim tanam yang bersangkutan. Secara umum lahan harus terbuka,
mendapatkan sinar matahari penuh, memiliki musim kemarau yang tegas, minimal 4
bulan kering sepanjang tahun. Tanah mengandung khlor (>80 ppm) yang umumnya
dekat pantai atau mendapatkan pengairan dari air tanah/sumur atau irigasi
berkadar khlor > 25 ppm dihindari sebagai lahan penanaman tembakau. Lahan
yang baik untuk ditanami tembakau adalah bekas tanaman padi. Lahan bekas
tanaman cabe, terung, tembakau dan tanaman Solanaceae
lainnya harus dihindarkan (Dinas Perkebunan dan Kehutanan Kab. Jember, 2011).
2.2. Pembuatan Got
Tanaman tembakau
membutuhkan air pada masa pertumbuhannya, namun tahan tergenang air. Got dalam
tanaman tembakau mempunyai beberapa fungsi yaitu memasukkan dan mengeluarkan
air. Fungsi yang lebih penting adalah sebagai pengolahan tanah khususnya pada
tanah sawah. Dengan adanya got maka permukaan air tanah segera turun dan
terjadi proses oksidasi didalam tanah. Ukuran got untuk tanah tegalan cukup 30
cm x 30 cm, denga jarak got sekitar 10 meter sampai 15 meter. Ukuran got untuk
lahan sawah berkisar 40 cm x 40 cm sampai 60 cm x 60 cm, dengan jarak got
kurang lebih 10 meter (KUTJ, 2004).
2.3 Pengolahan Tanah
Untuk memperoleh
struktur tanah yang gembur perlu dilakukan pembakajan lahan calon tanaman
tembakau kasturi. Pembajakan tanah dilakukan dengan tenaga kerja ternak maupun
dengan tenaga mesin (traktor) sebanyak 3 kali. Jika pengolahan tanah kurang
dalam dan kurang gembur, maka diperlukan tambahan tahapan pengolahan lagi agar bias
dicapai sasaran tanah yang gembur (KUTJ, 2004). Tanah berat membutuhkan waktu
minimal 45 hari sebelum jadwal tanam. Sebelum pengolahan tanah, dilakukan
pembersihan lahan dari sisa tanaman sebelumnya. Pengolahan lahan pertama yaitu
dengan dibajak dan dilanjutkan dengan garu untuk meratakan tanah, selanjutnya
didiamkan selama 1 – 2 minggu dan kemudian diairi serta dibuat saluran –
saluran drainase keliling. Selanjutnya dilakukan pengolahan lahan kedua dan
pengolahan lahan ketiga, pembajakan dilakukan dengan memotong arah bajak
pertama, kemudian digaru hingga rata dan didiamkan 1 – 2 minggu. Dibuat guludan
sesuai jarak tanam dan dibuat lubang tanam dengan digejik (Dinas Perkebunan dan
Kehutanan Kab. Jember, 2011).
2.4 Jarak Tanam dan Arah Barisan
Tanaman
Jarak tanam sangat
menentukan kualitas daun tembakau kasturi yang dihasilkan. Jarak tanam yang
rapat akan menghasilkan daun yang tipis (kurang berbody), sedangkan jarak
tanaman yang terlalu renggang akan menghasilkan daun tembakau lebih berbody,
namun populasi berkurang (KUTJ, 2004).
2.5 Penanaman
Waktu penanaman yang
tepat pada pertengahan April sampai pertengahan Mei. Penanaman sebaiknya
dilakukan pada sore hari, setelah jam 14.00. Sebelum menanam, lubang disiram
air. Penyiraman air tergantung cuaca, kira – kira 1 – 2 liter per lubang tanam.
Bila pH tanah rendah perlu ditambah kapur 100 – 200 gram per lubang tanam
sebelum tanam. Bibit dipegang pada pangkal batang, kemudian dimasukkan ke dalam
lubang tanam. Lubang tanam ditimbun lagi dengan tanah dan ditekan hati – hati
supaya akar bibit menempel pada tanah. Penimbunan ini dilakukan sampai leher
bibit, tetapi pucuk bibit jangan sampai tertimbun (Dinas Perkebunan dan
Kehutanan Kab. Jember, 2011).
2.6 Penyulaman
Tanaman yang mati atau
pertumbuhannya kurang bagus secepatnya disulam. Selambat – lambatnya 3 hari
setelah tanam, apabila tanaman kasturi mati dalam jumlah lebih dari 10%, maka
sebaiknya dilakukan penanaman ulang (Dinas Perkebunan dan Kehutanan Kab.
Jember, 2011). Tujuan dari penyulaman yaitu untuk mempertahankan keseragaman
populasi. Keseragaman tanaman merupakan kunci sukses pembentukan produksi dan
kualitas tembakau kasturi (KUTJ, 2004).
2.7 Pemupukan
Pada dasarnya pupuk
yang digunakan untuk tanaman tembakau dikehendaki pupuk yang tidak mengandung
khlor (Cl). Pada cuaca basah pemberian unsure N dibatasi, sedangkan unsur P
perlu ditambah dari perlakuan pada kondisi normal. Pada cuaca kering tanaman
tembakau memerlukan unsur N lebih banyak dibandingkan pada cuaca normal atau
basah.
Tabel 2.7
Dosis Pemupukan Tanaman Tembakau Kasturi
No
|
Jenis Pupuk
|
Dosis / Hektar
(Kg)
|
1
|
SP36
|
150
Kg – 225 Kg
|
2
|
Urea
|
200
Kg – 300 Kg
|
3
|
ZA
|
150
Kg – 300 Kg
|
4
|
ZK
|
100
Kg
|
Total
|
925 Kg
|
Sumber : Komisi
Urusan Tembakau Jember (KUTJ) (2004).
2.8 Pengairan atau Penyiraman
Tanaman yang baru
ditanam harus disiram setiap hari selama kurang lebih 5 hari terus menerus sampai
tanaman cukup kuat menahan kekeringan. Untuk merangsang akar Perlakuan torapan
(apabila tidak ada air hujan) sebaiknya dilakukan pada umur tanaman diatas 30
hari. Torapan dilakukan setiap 7 hari sampai 8 hari sekali, tergantung jenis
tanah dan cuaca (Dinas Perkebunan dan Kehutanan Kab. Jember, 2011).
2.9 Pembumbunan (Gulud) dan Penyiangan
Pekerjaan guludan
dimaksudkan untuk melonggarkan tanah yang sudah memadat kembali, membersihkan
gulma serta merangsang pembentukan akar adventif. Guludan juga dimaksudkan
untuk mempersiapkan pemupukan susulan. Gulud ke-1 dilakukan pada umur 12 hari
sampai 15 hari setinggi 20 cm serta gulma dicabut dan dibuang. Gulud ke-2
dilakukan pada umur 18 hari sampai 22 hari dengan tinggi 30 cm serta gulma
dicabut dan dibuang. Gulud ke-3 dilakukan pada tanaman berumur 35 hari (Dinas
Perkebunan dan Kehutanan Kab. Jember, 2011).
2.10 Topping dan Wiwil
Topping adalah memotong
batang pucuk bersama bunga diatasnya, sedangakan wiwilan membuang tunas yang
tumbuh pada ketiak daun. Tujuan topping dan wiwil yaitu meningkatkan kualitas
daun tembakau lebih tebal, mempercepat ketuaan daun, dan meningkatkan produksi,
dimana berat daun perlembar semakin bertambah (KUTJ, 2004). Ada dua jenis
topping yaitu light topping dengan menyisakan daun tembakau sebanyak 16 lembar
atau lebih, deep topping dengan menyisakan daun tembakau sekitar 12 – 15 lembar
saja. Pemangkasan tembakau kasturi dilakukan setelah 10% dari bunga pertamanya
mekar atau pada saat umur tanaman 50 hari sampai 55 hari. Pembuangan solang
(tunas yang keluar pada ketiak daun) dilakukan 7 hari sekali (Dinas Perkebunan
dan Kehutanan Kab. Jember, 2011).
2.11 Pengendalian
Hama dan Penyakit
Pengendalian hama dan penyakit tanaman dilakukan secara intensif setelah umur
7 hari setelah tanam hingga umur 63 hari setelah tanam. Pengendalian hama dan penyakit menggunakan pestisida sintetik dengan dosis
dan waktu sesuai kondisi
lapang. Hama pada tanaman tembakau
yaitu ulat grayak, ulat pupus, ulat jengkal, ulat tanah, ulat penggerek batang,
kutu daun, trips, dan kutu putih. Sedangkan penyakit pada tanaman tembakau
yaitu penyakit lanas, penyakit layu bakteri, penyakit busuk batang, penyakit
virus, nematoda puru akar, dan penyakit patik.
2.12 Panen
Kriteria petik pada
saat umur tanaman berkisar 65 hari sampai 70 hari, tergantung kesehatan tanaman
dan perlakuan pemupukan nitrogen (N). daun tembakau telah berwarna hijau
kekuningan atau ujung daun menguning. Cara petik pada saat daun telah lembap
(kesap) dari embun pagi atau agak lebih siang agar kandungan gula cukup tinggi (Dinas
Perkebunan dan Kehutanan Kab. Jember, 2011).
1. Teknik
Panen
Dilakukan dengan cara petik pada
saat daun telah lembab (kesap) dari embun pagi atau agak lebih siang agar
kandungan pati/gula cukup tinggi, sekali petik sebanyak 4 lembar daun atau
seluruh lembar dalam satu kelas daun dipanen sekaligus.
2. Pengangkutan
Kemasan transportasi dapat berupa
keranjang atau digulung pada karung plastik untuk efisiensi angkutan. Meskipun
tembakau kasturi tergolong produksi filler, namun angkutan perlu tertip agar
tidak terjadi penurunan kualitas (daun tertekan atau menjadi pecah / robek ).
Pasca
panen tembakau merupakan kegiatan yang penting, karena dalam penanganan pasca
panen yang baik akan menghasilkan kualitas krosok yang baik. Berikut penanganan
pasca panen tembakau kasturi :
1. Sujen
/ Sunduk
Daun tembakau disujen sebanyak 4
sampai 5 lembar tiap sujen. Daun tembakau dalam satu sujen harus seragam
ukurannya, sama asal posisi daun dan tingkat ketuaannya.
2. Pemeraman
Tahap I
Pemeraman daun hijau pada
pengolahan tembakau kasturi yaitu dun yang baru dipetik, disujen dan langsung
digantung pada glantang di bangsal pemeraman. Pemeraman dilakukan selama 1 hari
sampai 2 hari.
3. Penjemuran
Tahap I
Penjemuran dilakukan apabila daun
tembakau sudah berwarna kuning rata, penjemuran dihamparkan pada tanah lapang
selama 3 hari berturut – turut dan setiap sore sujen ditata sejajar pada
bandang, pagi hari baru dijemur kembali.
4. Pemeraman
Tahap II
Pemeraman II dilakukan dengan
maksud untuk membusukkan gagang tembakau agar proses penjemurannya lebih cepat.
Pemeraman II dilakukan selama 2 hari (setelah penjemuran hari ke-3) dengan cara
sujenan ditata sejajar pada bandang dengan posisi pangkal daun di luar.
5. Penjemuran
Tahap II
Penjemuran II dilakukan selama 5
hari sampai 6 hari berturut – turut
dengan cara dihamparkan pada tanah lapang, setiap sore sujenan ditata
sejajar pada bandang dengan posisi pangkal daun didalam, pagi harinya dijemur
kembali dengan cara dihamparkan di tanah lapang sampai kering seperti pada
penjemuran tahap I.
6. Lepas
Sujen dan Pengepakan
Daun dan gagang sudah kering total,
dapat dilakukan romposan yaitu melepas daun tembakau dari sujen, daun tembakau
dilakukan sortasi sesuai dengan kualitasnya, lalu dilakukan pengepakan.
Proses Penjualan
BERIKUT
ANALISA USAHA BUDIDAYA TAHUN 2012
Analisa
Usaha Tani Tembakau Kasturi
No
|
Jenis Kegiatan
|
Rotasi
|
Volume
|
Satuan
|
Harga satuan
|
Jumlah
|
(Rp)
|
(Rp)
|
|||||
1.
|
Biaya Tetap
|
|||||
Sewa Lahan
|
1
|
0,05
|
Ha
|
2.000.000
|
100.000
|
|
Sub Total I
|
100.000
|
|||||
2.
|
Biaya tidak tetap
|
|||||
Bahan :
|
||||||
Bibit Tembakau
|
1
|
1.650
|
Bibit
|
200
|
330.000
|
|
Kapur Dolomit
|
1
|
5
|
Kg
|
1.000
|
5.000
|
|
Pupuk Urea
|
1
|
24,4
|
Kg
|
1.800
|
43.920
|
|
Pupuk ZA
|
1
|
28
|
Kg
|
1.450
|
40.600
|
|
Pupuk Sp36
|
1
|
16
|
Kg
|
2.000
|
32.000
|
|
Pupuk ZK
|
1
|
4
|
Kg
|
8.000
|
32.000
|
|
Decis
|
1
|
0,292
|
Liter
|
150.000
|
43.800
|
|
Dursban
|
1
|
0,384
|
Liter
|
130.000
|
49.920
|
|
Dethane
|
1
|
0,085
|
Kg
|
90.000
|
7.650
|
|
Canon
|
1
|
0,192
|
Liter
|
80.000
|
15.360
|
|
Sujen
|
1
|
15
|
Kg
|
1.500
|
22.500
|
|
Tenaga Kerja :
|
||||||
Juring
|
1
|
60
|
Meter
|
650
|
39.000
|
|
Pengolahan Lahan I
|
1
|
0,05
|
Ha
|
700.000
|
35.000
|
|
Pengolahan Lahan II
|
1
|
0,05
|
Ha
|
700.000
|
35.000
|
|
Pengolahan Lahan III
|
1
|
0,05
|
Ha
|
700.000
|
35.000
|
|
Pengolahan Lahan IV
|
1
|
0,05
|
Ha
|
700.000
|
35.000
|
|
Manisi / Tepar
|
1
|
1
|
HKP
|
15.000
|
15.000
|
|
Penanaman
|
2
|
2
|
HKW
|
15.000
|
60.000
|
|
Penyiraman
|
1
|
1
|
HKW
|
15.000
|
15.000
|
|
Gulud I
|
1
|
1
|
HKP
|
20.000
|
20.000
|
|
Gulud II
|
1
|
1
|
HKP
|
20.000
|
20.000
|
|
Gulud III
|
1
|
1
|
HKP
|
20.000
|
20.000
|
|
Pemupukan
|
4
|
1
|
HKW
|
15.000
|
60.000
|
|
Pengairan /
Torap
|
1
|
0,05
|
Ha
|
1.000.000
|
50.000
|
|
Cari Telur Cari Ulat
|
1
|
1
|
HKW
|
15.000
|
60.000
|
|
Pengendalian Hama & Penyakit
|
3
|
1
|
KHP
|
20.000
|
60.000
|
|
Topping
|
1
|
1
|
HKW
|
15.000
|
15.000
|
|
Wiwil
|
3
|
1
|
HKW
|
15.000
|
45.000
|
|
Panen
|
4
|
2
|
HKW
|
15.000
|
120.000
|
|
Gulung / Angkut
|
4
|
1
|
HKP
|
15.000
|
60.000
|
|
Penyujenan
|
4
|
1
|
HKW
|
15.000
|
60.000
|
|
Penjemuran
|
10
|
1
|
HKW
|
15.000
|
150.000
|
|
Rempos
|
4
|
1
|
HKW
|
15.000
|
60.000
|
|
Ngebal
|
1
|
1
|
HKP
|
20.000
|
20.000
|
|
Angkut Pabrik
|
1
|
1
|
Kali
|
30.000
|
30.000
|
|
Sub total II
|
1.741.750
|
|||||
Total Biaya
Produksi
|
1.841.750
|
Total biaya produksi =
Fixed cost +Variable
cost
= Rp.100.000
+ Rp. 1.741.750
= Rp. 1.841.750
Populasi tanaman =
800 tanaman
Rata-rata Berat Krosok per tanaman = 0,127 kg
Total Berat krosok = 101,73 kg
Tabel 4.2 Hasil
Penjualan Tembakau Kasturi Varietas Jepon
Grade
|
Harga (Rp)
|
Berat (Kg)
|
Jumlah (Rp)
|
1
|
31.000
|
23,17
|
718.270
|
2
|
28.000
|
8,25
|
231.000
|
3
|
27.000
|
9,68
|
261.360
|
4
|
24.000
|
4,76
|
114.240
|
5
|
22.000
|
5,39
|
118.580
|
6
|
19.500
|
10,47
|
204.165
|
7
|
18.000
|
8,61
|
154.980
|
8
|
14.000
|
2,66
|
37.240
|
9
|
12.000
|
1,77
|
21.240
|
10
|
10.000
|
5,47
|
54.700
|
11
|
8.500
|
2,90
|
24.650
|
12
|
5.500
|
16,90
|
92.950
|
13
|
4.000
|
1,70
|
6.800
|
Jumlah
|
101,73 kg
|
2.040.175
|
Total penerimaan = Rp 2.040.175
Harga rata-
rata per kg = Rp 20.054,80
Laba/ Rugi = Rp 2.040.175 – Rp 1.841.750
=
Rp 198.425 (Laba)
No
|
Komponen Analisis
|
Hasil
|
1
|
Populasi
tanaman
|
800 tanaman
|
2
|
Berat
krosok
|
101,73
kg
|
3
|
Harga
jual rata-rata/kg
|
Rp
20.054,80
|
4
|
Total
biaya produksi
|
Rp
1.841.750
|
5
|
Total
hasil penjualan
|
Rp
2.040.175
|
6
|
Laba
|
Rp
198.425
|
7
|
BEP
rupiah
|
Rp
666.666,67
|
8
|
BEP
unit
|
34,09
kg
|
9
|
BEP
harga
|
Rp
18.104,30
|
10
|
R/C
ratio
|
1,11
|
11
|
B/C
ratio
|
0,11
|
pak dimana tempat pembelian detain dan berapa harganya,,
BalasHapus#mbem
NIPIS BANGET UNTUNGNYA YA MAS????
BalasHapus